Kamis, 20 Mei 2010

Memahami Tari Tradisional dam Melestarikannya sebagai wujud Bakti Anak Bangsa

Kesenian (tari) Riau di kesenian dunia
Perkembangan Seni Tari di Provinsi Riau saat ini telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan yang diwarnai aneka ragam pergeseran serta perubahan para senimannya terus berproses dan bergulat dengan penciptaan karyanya, yang umumnya menawarkan inovasi baru.
Pengembangan Seni Tari yang berorientasi pada nilai ? nilai tradisi merupakan indikasi bahwa seni tradisi tidak mengalami stagnasi. Pelestarian yang dilakukan adalah wujud kebanggaan dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Semangat yang boleh jadi akan tetap mengarah pada pengaktualisasian nuansa tradisi, hingga kearah kebebasan berekspresi sebagai tolak ukur kekuatan kreatifitas para senimannya.
Keragaman dan silang budaya setidaknya telah menjadi wacana yang membuka pintu kesadaran untuk mengajak kita pada keberpihakan yang sama, bahwa keragaman merupakan semangat yang harus diperjuangkan untuk mempertahankan keberlangsungan sistem yang sehat dan dinamis dalam sebuah kompleksitas tatanan masyarakat yang multikultural.
Kesenian Riau ditengah Gemuruh Kesenian Dunia.
Salah satu kesenian Riau bisa tampil di kancah kesenian dunia, salah satunya adalah menciptakan jaringan.
Para seniman Riau harus aktif mengikuti berbagai forum atau festival nasional maupun international atau sebaliknya kita harus selalu membuat forum ? forum atau festival kesenian di Riau, supaya kita lebih dikenal.
Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh.
Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan.
Dalam seni tari dapat dibedakan menjadi klasik, tradisional dan garapan baru. Beberapa jenis tari yang ada antara lain :
1. Tari Klasik
-- Tari Bedhaya :
Budaya Islam ikut mempengaruhi bentuk-bentuk tari yang berangkat pada jaman Majapahit. Seperti tari Bedhaya 7 penari berubah menjadi 9 penari disesuaikan dengan jumlah Wali Sanga. Ide Sunan Kalijaga tentang Bedhaya dengan 9 penari ini akhirnya sampai pada Mataram Islam, tepatnya sejak perjanjian Giyanti pada tahun 1755 oleh Pangeran Purbaya, Tumenggung Alap-alap dan Ki Panjang Mas, maka disusunlah Bedhaya dengan penari berjumlah 9 orang. Hal ini kemudian dibawa ke Kraton Kasunanan Surakarta. Oleh Sunan Pakubuwono I dinamakan Bedhaya Ketawang, termasuk jenis Bedhaya Suci dan Sakral, dengan nama peranan sebagai berikut :a. Endhel Pojok
b. Batak
c. Gulu
d. Dhada
e. Buncit

2. Tari Tradisional
Selain tari-tari klasik, di Jawa Tengah terdapat pula tari-tari tradisional yang tumbuh dan berkembang di daerah-daerah tertentu. Kesenian tradisional tersebut tak kalah menariknya karena mempunyai keunikan-keunikan tersendiri. Beberapa contoh kesenian tradisional :
a. Tari Dolalak, di Purworejo.
Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut cerita, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke daerah lain.

b. Patolan (Prisenan), di Rembang.
Sejenis olahraga gulat rakyat yang dimainkan oleh dua orang pegulat dipimpin oleh dua orang Gelandang (wasit) dari masing-masing pihak. Pertunjukan ini diadakan sebagai olah raga dan sekaligus hiburan di waktu senggang pada sore dan malam hari terutama di kala terang bulan purnama. Lokasinya berada di tempat-tempat yang berpasir di tepi pantai. Seni gulat rakyat ini berkembang di kalangan pelajar terutama di pantai antara kecamatan Pandagan, Kragan, Bulu sampai ke Tuban, Jawa Timur.
Seni tradisi merupakan akar perkembangan kebudayaan yang member ciri khas identitas atau kepribadian suatu bangsa.
Seni tradisi tidak mati. Tradisi menyediakan bahan baku yang berlimpah yang setiap saat siap untuk diciptakan kembali.

Untuk memelihara tradisi dibutuhkan imajinasi. Memelihara tradisi bukanlah sekedar memelihara ?bentuk?, tetapi lebih pada jiwa dan semangat atau nilai ? nilai. Jika yang diwarisi nilai ? nilai, maka kita akan dengan lebih leluasa bisa melakukan interpretasi dan menciptakannya kembali, sekaligus juga kita akan mewarisi ?sikap? kreatif dan imajinasi yang subur sebagaimana dimiliki nenek moyang kita yang telah berhasil menciptakan karya ? karya besar di masa lampau. Dengan demikian akan selalu dapat menyelaraskan semangat kesenian tradisi di masa kini.

Sebagai seniman kita tidak melihat tradisi dan modernisasi sebagai dua hal yang terpisah. Tugas seorang seniman adalah memodernisasi tradisi melalui proses kreatif, bukan meniru, meminjam, mencangkok, atau menjadi bayang ? bayang seni budaya bangsa lain. Seorang seniman harus rajin melakukan ziarah batin guna mencermati diri sendiri, agar memungkinkan tradisi mengalir bebas dalam kehidupan kita kini.